Sabtu, 05 November 2016

GERAKAN BI Provinsi NTB DALAM MELESTARIKAN BUDAYA INDONESIA
Oleh: Sirojul Huda
Masih banyak orang yang beranggapan bahwa latihan bela diri sama dengan berlatih kekerasan. Karana  didalam berlatih bela diri kita tidak lepas dari yang namanya pukulan, tendangan, menyerang, menghindar, dan menangkis, itu semua gerakan-gerakan umum dari perkelahian. Sebenarnya tidak salah juga  jika orang beranggapn seperti itu terutama yang belum pernah ikut mencoba mempelajari sebuah latihan beladiri. Akan tetapi Bank indonesia Provensi NTB tidak gentar dengan hal itu untuk belajar beladiri, karena manfaat belajar beladiri sangat banyak, yang dimana tujuan utama beladiri adalah selamat. karena terkadang sebuah konflik atau kejahatan bisa dihindari ketika lawan atau pelaku kejahatn mengurungkan niat untuk berhadapan dengan kita, karena emosi mereka menurun atu menjadi segan, jika kita menghadapinya dengan tenang dan percaya diri, namun jika konflik tidak bisa dihindari setidaknya kita sudah siap menghadapinya.
Selain itu, belajar bela diri juga menjadikan badan lebih sehat dan bugar, seperti halnya manfaat olahraga yang lain. Berlatih bela diri secara teratur sama manfaatnya dengan berolahraga  secara teratur, yaitu akan meningkatkan kebugaran, karna otot yang ada pada tubuh manusia akan terlatih untuk bergerak dan membuat tubuh menjadi lebih sehat serta meningkatkan daya tahan tubuh dan tidak mudah sakit. Gerakan-gerakan tertentu, terutama yang mengunakan unsur kecepatan, turut memacu fungsi jantung dan paru-paru. Sehingga peredaran darah dan napas kita akan lebih lancar, dan masih banyak lagi mannfaat-manfaat bela diri yang lain. Akan tetapi yang terpentng bagi BI dalam mengadakan pelatihan bela diri ini adalah untuk menjalin rasa solidaritas yang tinggi bagi pegawai Bank Indonesia dan GenBI (Generasi baru indonesia), Karna kehidupan mengharuskan kita memiliki rasa solidaritas, karna rasa solidaritas itulah akan membuat diri kita menjadi lebih kuat dan utuh.
Bank Indonesia provinsi NTB mengadakan sebuah pelatihan beladiri untuk pegawai BI dan  GenBI. yang di adakan di halaman depan kantor perwakilan Bank Indonesia provinsi NTB, yang lebih menarik lagi bank indonesia lebih memilih beladiri jenis pencak silat, kenapa bank indonesia lebih memilih belajar beladiri jenis pencak silat? Karena  selain untuk menjaga kesehatan dan rasa solidaritas antar pegawai bank, Bank Indoneisa mengadakan pelatihan bela diri pencak silat ini bertujuan untuk melestarikan budaya asli Indonesia karna di Indonesia sudah banyak jenis-jenis bela diri yang berasl dari luar negri yang masuk ke Indonesia, oleh sebab itu Bank Indonesia sangat antusias untuk melakukan kegitan ini, karna selain menjaga kesehatan tubuh juga melestarikan budaya-budaya asli indonesia. Karena seperti yang kita ketahui pencak silat itu adalah suatu seni beladiri tradisional yang berasal dari Indonesia.
Lebih menarik lagi, Bank Indonesia provinsi NTB juga mempunyai pelatih bela diri pencak  silat dari kalangan GenBI yang dimana pengalaman dalam dunia persilatan sudah cukup memadai untuk memberikan dan menyalurkan ilmu-ilmunya kepada pegawai-pegawai Bank Indonesi provinsi NTB dan teman-teman GenBI NTB, dan tentu saja Bank Indonesia provinsi NTB sangat Bangga dengan hal itu karena anak-anak GenBI NTB sangat banyak mempunyai kreativitas yang cukup bagus dan bisa dimanfaatkan seperti seni beladiri, oleh sebab itu Bank Indonesia tidak sembarang dalam merekrut atau memilih anggota GenBI khususnya NTB. sebelum masuk GenBI harus melewati tes yang dimana hasil tes tersebut akan menjadi pertimbangan pihak BI dalam menentukan siapa yang berhak menjadi anggota GenBI, karna menjadi anggota GenBI harus mempunya kretivitas yang baik dan bagus karna GenBI merupakan (Generasi Baru Indonesia) “agen of change”.








UANG LOGAM JANGAN  DIPANDANG DENGAN SEBELAH MATA
Oleh: Sirojul Huda

Uang logam atau uang koin biasanya diterbitkan oleh pemerintah sebagai alat teransaksi ekonomi, uang logam ini biasanya memiliki dua sisi yang menampikan nilai uang dan disisi sebaliknya berbentuk gambar, di indonesia uang logam yang beredar sangat banyak akan tetapi kenapa masyarakat memandang uang logam ini sebagai uang yang mempunyai nilai yang kecil.
memang benar kata masyarakat uang logam tersebut memiliki nilai yang sangat kecil, akan tetapi masyarakat tidak pernah memahami koin tersebut secara jelas, contohnya seperti saat-saat sekarang ini, seringkali kita menemukan masyaraka tyang  tidak mau disusuk dengan uang logam atau koin. Mereka mengagap uang koin itu tidak mempunyai arti lebih dari uang kertas, memng betul akan tetapi pasti pemerintah mengeluarkan uang koin atau uang  logam  tersebut mempunyai alasan dan tujuan.
Buat apa pemerintah mengeluarkan uang logam kalau tidak memiliki mamfaat, hanya saja masyarakat kita terlalu gengsi dengan uang logam, apalagi anak-anak muda jaman sekarang  sangat tidak peduli dengan keberadan uang logam. Mereka merasa gengsi membawa uang logam, seperti yang saya amati sendiri, anak-anak muda sekarang tidak pernah mau menerima apabila disusuk dengan uang logam, padahal uang logam tersebuat banyak memiliki mamfaat dan sama-sama bernilai seperti uang-uang kertas lainnya. Hanya saja nilai yang lebih rendah dan berbentuk bulat, apkah dengan itu mereka malu?.
Uang logam sering sekali diremehkan dan ditelantarkan begitu saja, padahal uang logam sangat membantu bagi yang membutuhkannya. Akan tetapi seringkali oarng meremehkan, menelantarkan malahan tidak mau menerima uang logam tersebut. Orang mengangap remeh  uang logam dan tidak terlalu diperhitungkan, padahal bila kita tumpuk dan kumpulkan ternyata uang-uang logam tersebut bisa menjadi bernilai. Dengan keadaan seperti yang sekarang ini saya sebagai anak didik Bank Indonesia GenBI (Generasi Baru Indonesia) sangat perihatin sekaligus sedih melihat masyarakat yang sekarng ini, yang tidak pernah peduli terhadap keberadaan uang logam terutama pemud pemudi.
Seharusnya kita sebagi pemuda pemudi harus bisa menjadi penerus bangsa yang mempunyai rasa kepedulian yang tinggi terutama kepedulian terhadap uang koin atau logam. Bank indonesia juga sangat perihatin dengan keadaan yang seperti ini sehingg sebagai kepedulian Bank Indonesia sering menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan uang logam agar seluruh  masyarkat dari kalangan tua maupun muda peduli terhadap uang koin atau logam.
Banyak sekali kegiatan-kegiatan yang telah diselenggarakan oleh Bank Indonesia terhadap uang logam ini, saya sebagai Generasi Baru Indonesia (GenBI) juga tidak tinggal diam dengan keadaan seperti ini saya cukup sedih dengan keberadan uang logam atau uang koin yang terlihat diterlantarkan dimana-mana diabaikan begitu saja, oleh sebab itu sebagai rasa kepedulian saya terhadap uang logam saya mencoba membuat wadah tempat penampungan uang dan juga saya bekerja sama dengan pemuda-pemuda yang ada di Desa Midan untuk mencoba membentuk sebuah tim atau kelompok untuk mengumpulkan uang-uang logam yang beredar dan yang di telantarkan oleh  masayarakat.
Tim kami Ini mempunyai nama tim Pemuda Koin yang dimana  kami  membentuk sebuah sanggar namun sanggar ini berbeda dengan sanggar-sanggar yang lain. Sanggar ini kami sebut Sanggar Koin yang dimana sanggar ini adalah tempat kami mengumpulkan koin dan memberikan pembelajaran kepada adik-adik yang ada di Desa Midang agar mereka lebih tau arti koin tersebut dan disana kami selalu membuka pintu  kepada masyarkat Midang untuk meberikan koin yang mereka miliki agar tidak terbuang sia-sia.
Apabila uang koin tersebut sudah banyak terkumpul, kemudian kami mulai memilih dan memilah-milahnya agar bisa kita tukar di Bank Indonesia (BI) atau bank-bank yang lain, setelah uang logam tersebut berubah menjadi uang kertas, kami akan menyumbangkan uang tersebut kepada hamba sahaya atau masyarakat yang kurang mampu atau minim ekonomi. Tapi hal ini kami laksanakan apabila uang hasil pengumpulan koin tersebut berjumlah banyak, akan tetapi kalau tidak banyak kami akan mengumupulkan remaja-remajai masyarakat Midang untuk belajar bersama, makan-makan bersama agar remaja-remaji di Desa Midang itu peduli akan keberadaan uang logam, biar tidak hanya memandang dengan sebelah mata dan  mengandalkana gengsi belaka, saya juga sangat mengharapkan mereka sebagai pemuda pemudi masyarkat midang bisa sebagi contoh di linkungan masyarakat, agar semua masyarakat bisa peduli terhadap keberadaan  uang logam.






Kamis, 22 September 2016

Senyummu

kutemukan baris gigi yang teduh
hatiku peluh dengan degup rindu

ada yang tersisa di bilik senyum itu
jahitan kain berupa sutra
lembut membelah dada


Mataram, 2016
KERINDUAN HATI

menunggu magrib tiba
kududuk mengahap sudut cahaya
senyuman datang bersama bisik angin

burung-burung terbang dilangit
seperti mengikuti sebuah isyarat senja

hati terketuk
suara-suara kerinduan
gigi kecil bersama seyuman  J


RINDU

apakah rinduku masih berarti saat kita menempuh jalan sendiri?
di bawah derasnya hujan
kutemukan jatuh jarum kerinduan

Mataram, 2016
SUARA KESUNYIAN

kau perempuan dengan penuh keindahan
rumput hijau sebagai saksi
sejuk membelah dada

nanar hatiku mendekap rindu
jejak telah menjadi jarak
hanya angin menyelinap di sela-sela kita
membuka jalan cahaya

aku takut
takut sekali  bicara
sebab sendu wajahmu kubaca

tak pernah kuduga
aku masih bisa melihatmu
duduk tegap dan mnunduk
hati berdegup

sugguh aku tak bisa mendiskripsikan
senyummu itu
terlampau banyak keindahan
yang tersimpan sore itu J


Mataram, 22 September 2016

Jumat, 16 September 2016

PUISI

IBU YANG AKU PINJAM

ibu yang aku pinjam itu
wakili aku
sebab tangisku tak hadir ibu

dalam kelamnya kata aku bersimbah darah
dan darahkulah kalimat

di atas karyamu
aku menorah warna
warna biru
seperti kasihmu,ibu

lalu apakah aku adalah pena
ataukah kuasyang menorah warna?
sebab sebuah mata tak kunjung ada

dan ibu yng aku pinjam itu
berkata dari dunia hingga akherat
bahkan ia sanggup merebut surga dari tangan tuhan

ibu yang aku pinjam itu
berkobar jadi abu
seperti angin meredu saru

*lombok,2016


CERPEN
Oleh:
                                                           Sirojul Huda

PEREMPUAN
LIMA BELAS PURNAMA

Malam masih remang. Cahaya bulan bundar masih tetap memancar di Bunut baok. Desa yang cukup besar di pinggir kota praya, Lombok Tengah, Langit yang menjadi saksi bisu atas kehidupan yang penuh semangat tanpa akhir. Juga kasih sayang para ibu-ibu yang tak pernah tuntas kepada anaknya yang belajar mengaji setiap selesai shalat magrib.  
Pesona bukit Mungki Raya yang terbelah menjadi dua bayangan. Sekelompok kelelawar yang melintas, serupa bayangan yang tak jelas mengitari pepohonan di kebun milik para petani di Bunut baok, begitu banyak cerita di sana. Mulai dari begobok hingga senandung jangkrik yang membuat anak-anak desa tetangga berhamburan di desa saya, berpendar cahaya senter-senter kecil, kemudian jinjitan kaki seperti lintah yang akan menerkam mangsanya. Belum lagi dengan sorak sorai anak anak yang baru pulang mengaji dari surau kecil di bawah pohon beringin yang besar di ujung desa. Dan ceritanya akan lebih panjang jika bertanya pada Nenek Sarah penjaga surau kecil itu.
Mitos yang ada di desa itu, akan ada suara tangisan setiap purnama tanggal 15, dimana desa itu bermandikan cahaya. Dan nenek Sarah akan menyediakan sesajen yang di kumpulkan dari warga sekitar untuk di tempatkan di bawah pohon beringin yang nantinya akan menghilang dengan tiba tiba. Isinya hanya beras yang di taruh di atas panci berukuran sedang, ayam yang sudah di bakar, kunyit, daun lekok[1], buak[2], uang logam, dan beberapa lembar uang kertas lima ribuan, lalu membakar kemenyan. nenek sarah selalu melakukan ritual itu dengan rutin.
"Yang membangun surau ini adalah sepasang suami istri yang saling menyayangi, tapi mereka tak pernah di karuniai anak sepanjang hayat mereka. Suatu saat, ketika hendak melakukan shalat subuh, warga sekitar menemukan mereka dalam keadaan tak bernyawa. Tak ada satupun warga yang mengetahui penyebab kematian mereka." Cerita nenek panjang lebar pada mery. Murid yang satu-satunya belajar mengaji padanya hingga sekarang.
Malam ini tepat tanggal 15 bulan purnama. Bulan di langit Desa semakin congkak dengan sinarnya, angin berhembus menerbangkan dedaunan kering di halaman surau. Nenek Sarah terduduk di tangga surau yang hanya tiga biji dan lebarnya satu meter, itu saja. Nenek masih melamun, dedaunan kering yang tertiup angin seakan berbisik, entah menggunakan bahasa apa, yang jelas manusia tidak akan mengerti meski seperti suara bisikan. Hingga mery menegurnya.
"Nenek ngelamunin apaan, sih?" Nenek sarah hanya membalasnya dengan muka masam."Nenek....!"  ketus gadis kecil berjilbab itu. Mungkin ia kesal dengan jawaban Nenek yang hanya dengan muka masam.
Mery masih berdiri di depan pohon beringin dan memandanginya keatas lalu kebawah. Ia seperti bercakap antara sesama batin. Apakah pohon memiliki batin ?. Tapi Mery masih melakukannya. Matanya berkaca kaca, entah bagaimana Mery mampu bertingkah sejauh itu.
"Mery, Nenek tidak akan menaruh sesajen di sana lagi, sebab itu bukan teradisi yang baik, dan tidak di perbolehkan oleh agama". Nenek menjelaskan.
Seakan perasaan yang tak ada gunanya lagi. Seorang tua yang sudah bosan dengan pekerjaan rutinnya. Malam terus beranjak. Purnama yang melingkar di langit Desa itu tampak redup dengan kepulan awan yang pelan pelan menebal. Bagaimanakah perasaan seonggok pohon tua itu, ketika tak ada sesajen dan bau kemenyan semenjak beberapa bulan terakhir. Mery di kabarkan menghilang. Suara tangisan terus menerus terdengar setiap malam tanggal 15 bulan purnama. Anak anak di desa itu semakin hari semakin tak ada yang mengaji. Nenek Sarah hanya mampu merasakan kejenuhan yang entah seperti apa. Mungkin ia menyesali tingkahnya sendiri, sehingga malam malamnya ia habiskan dengan shalat sunnat dan do'a. Dan pudarnya teradisi mencari jangkrik dan bebobok. Desa bunut baok seperti sebuah tempat yang tak berpenghuni ketika malam tanggal 15. Bukan itu saja. Bahkan hampir setiap malamnya. Namun purnama begitu indah memancarkan cahayanya. Pemandangan yang bisa dibawa ceritanya hingga ke penjuru kota sekalipun, dan orang akan menganggap seseorang bermimpi jika menceritakan hal itu.
         Di bunut baok. Desa yang cukup besar yang masih di selimuti kabut tipis jika sore turun. Seorang anak kecil terduduk memangku tangannya di tangga surau menunggu kedatangan nenek sarah. Senja belum berakhir. Nenek sarah juga belum datang. Ia hanya duduk, duduk saja, hanya itu. Sampai akhirnya terlihat dari kejauhan sosok seorang Nenek berjalan ke arahnya. Dan guratan guratan senyum mulai terlihat di wajah gadis kecil itu. Namaya Asfar, murid baru Nenek Sarah.
"Nenek...!!!". Teriak Asfar riang.
Sementara jam terpojok ke angka enam. Azan belum juga dikumandangkan. Burung burung terbang ke sarang masing masing setelah seharian mencari makan. Warna langit yang kemerah merahan dan awan tipis yang saling tindih. Begitu indah pemandangan sore di Desa bunut baok. Beberapa saat kemudian terdengar suara azan dari corong yang berada di puncak masjid. Yang selalu di kumandangkan setiap tiba waktu shalat. Dan berakhir. Menandakan shalat sudah bisa di kerjakan. Sementara Asfar berdiri di belakang Nenek sarah mengenakan mukna berwarna putih biru, warna kesukaannya. Sebentar merunduk, lalu sujud, kemudian berdiri lagi. Itu saja. Sampai keduanya menengok  ke kanan dan kiri hampir bersamaan. Kemudian mereka menengadahkan tangan mereka dan bermunajat kepada Allah, entah apa do’a mereka. Dan berakhir.
"Nenek, pulang mengajinya agak pagian, begitu pesan ibu". Asfar mengawali pembicaraan.
"Kalau begitu, pulanglah segera".
"Tapi Asfar belum belajar mengaji".
"Pulanglah,  meskipun begitu".
"Tapi ini sudah gelap, aku tidak berani pulang sendiri".
"Jam delapan akan terdengar tangisan dari balik pohon, dan aku tidak ingin kamu mendengarnya".
Tangisan lagi. Seperti cerita yang luar biasa menakjubkan. Tangisan yang membuat anak anak Desa tak lagi belajar mengaji. Tetapi  asfar dan kakek masih mengaji. Suara tangisan belum juga terdengar. Hanya desir angin yang menyapu dedaunan kering di halaman surau. Tiba tiba terdengar suara perempuan.
"Assalamualaikum".
"waalaikumussalam". Jawab Nenek.
"Nek, ini Aton bawakan makanan buat nenek". Ujar perempuan itu sambil menaiki tangga lalu duduk di dekat mereka.
"Wah..., jadi ngerepotin. Terimakasih banyak". Dengan muka kemerah merahan.
"Iya, sama sama, ini malam pertama Asfar mengaji. Mulanya saya yang pesan Asfar untuk pulang mengajinya dipercepat. Tapi tidak enak saja rasanya jika membiarkan ia pulang sendirian".
Tak lama berselang tiba tiba kakek merasakan hal yang aneh. Dan ini adalah yang biasa terjadi padanya. Tidak dengan Asfar dan ibunya. Angin menyapu dedaunan kering di halaman, dan suara  tangisan perempuan dari balik pohon terdengar lagi. Membuat mereka ketakutan. Tapi tidak bagi Nenek Sarah. Ia seakan memiliki kekuatan magis yang sanggup menaklukan seantereo penjuru kota sekalipun. Nenekk sarah terus berusaha menenangkan mereka. Tak ada sedikitpun tergambar kepanikan diwajah Nenek sarah.Tangisan asfar meledak. Air matanya tak mampu terbendung oleh kelopak kecil mata yang indah itu.
"Tenaglah, ini sudah biasa terjadi setiap bulan purnama, nanti berhenti sendiri". Sambung Nenek Sarah. Air mata  Asfar tak berhenti mengucur. Tangannya semakin erat mendekap tubuh ibunya.
"Tenanglah, nak. Tidak perlu takut. Yang perlu kita takuti hanyalah Allah saja, tidak ada yang lain". Ibunya mencoba menenangkan Asfar, padahal ia juga begitu takut.
Akhirnya nenek Sarah memberanikan diri untuk turun dari surau dan melihat  secara langsung sumber tangisan itu. Perlahan ia mulai mendekati pohon beringin. Sesekali mengintip, lalu menutup mata. Dan mengintip lagi.
"Hati-hati, Nek..!". Teriak Asfar dari dalam surau. Nenek menganggukan kepala tanda merespon. Sementara warga desa tak satupun terlihat keluar rumah, mereka lebih memilih berdiam diri dalam rumah dan membesarkan volume tv untuk mensiasati suara yang sangat menakutkan itu. Kejadian inilah yang membuat desa Bunut baok seperti tak memiliki penghuni, menjadikannya seperti kota mati, padahal masih jam delapan tiga puluh. Dan tak sedikitpun Asfar mengetahui tentang tangisan misterius itu.
Nenek Sarah terus berjalan pelan ke arah belakang pohon. Dan ia mendapati sesosok perempuan terduduk menekuk lututnya. Wajahnya belum jelas terlihat. Perempuan itu masih merunduk dan menangis. Ia hanya mengenakan sarung batik dan baju perempuan biasa, itu saja.
"Hei, siapa kamu...!". Nenek menegur.
"Kenapa kamu menangis?". Nenek kembali bertanya setelah lama tak mendapatkan jawaban. Tiba tiba perempuan itu membalikkan wajahnya ke arah Nenek Sarah.
"Nek, malam ini tepat lima belas purnama". Ujar perempuan itu tersedu.
"mery....!?". Nenek terkejut. Rupanya Nenek mengenal perempuan itu.
Perempuan yang teramat ia sayangi, perempuan yang selalu menemaninya melakukan ritual lima belas purnama di bawah pohon beringin. Begitu mereka menyebutnya.
"Kenapa kamu bisa seperti ini, Mery?". Tanya kakek lirih.
"Ini semua gara gara nenek!". Mery menyalahkan.
"Nenek tidak pernah lagi menaruh sesajen, jadi Mery tidak bisa memberi warga miskin di ujung desa sana". Sambung Mery kesal.
"Jadi, sesajen yang selama ini kita taruh, mery yang ambil?, lantas Mery sedekahkan pada warga miskin di ujung desa?". Nenek memastikan.
"Iya". Ketus Mery.
"Astagfirullahaladzim....., itu bukan cara yang baik. Nenek juga sadar, menaruh sesajen di bawah pohon seperti itu juga tidak di bolehkan agama. Itu sama saja dengan menyekutukan Allah. Syirik itu".
Malam masih remang dengan desir angin yang menyapu dedaunan di halaman surau. Mery sudah beranjak dewasa, yang dulu kecil dan sering membantu menyiapkan sesajen dan tidak lagi melakukan hal itu. Malam-malam di Desa bunut baok telah pulih kembali, tak ada lagi tangisan di bawah pohon. Yang ada hanya sorak sorai anak-anak yang baru pulang mengaji dari surau itu. Teradisi mencari jangkrik dan maen maen kaleng[3] terus meramaikan malam di desa itu. Dan malam ini desa itu kembali bermandi cahaya bulan bundar dari langit. Malam seakan menjadi pemandangan paling indah dalam hidup. Nenek sarah tetap ikhlas mengajar mengaji di surau dan tetap bertahan, karna tanpa Nenek sarah takkan ada cerita.
"jadilah diri anda sendiri, tetap ikhlas dan istiqomah”.


























Nama : Sirojul Huda
Komisariat : Fisi
Judul cerpen : Perempuan limabelas purnama




[1] Lekok bahasa sasak, daun sirih dalam bahasa Indonesia
[2] Buak, bahasa sasak, Buah pinang dalam bahasa Indonesia
[3] Maen kaleng, (bahasa bunut baok, Lombok)  sejenis main petak umpet. 

Rabu, 14 September 2016







PENGARUH BUDAYA TERHADAP PREKONOMIAN MASYARAKAT

Oleh: Sirojul Huda
“Salam budaya!” saya ucapkan kepada kita semua, budaya merupkan kepercyaan,kesenian,moral,hukumdan adat istiadat,kebudayaan bersifat sepesifik sebab aspek ini menggambarkan pola kehidup , setiap masyarakat pola kehidupannya berbeda,dan masyarakt merupakan orang-orang yang hidup bersama,yang menghasilkan kebudayaan, olehkarna itu ,kebudayaan memiliki pengaruh yang kuat bagi setiap tindak tanduk masyarkat yang hidup di dalamnya.  dengan datang nya bulan budaya ini saya sebagai masyarakat lombokNTB  berharap kepada kita semua  agar lebih meningkatnya rasa budayalisme kita dengn melestarikan budaya-budaya yang telah di wariskan nenekmoyang kita dahulu, dengan datangnya bulan budaya ini akan ada  berbagai macam acara pegelaran yang di selenggarakan oleh masarakat NTB, saya berharap kepada masyarakat lombok untuk tidak segan menampilkan budaya-budya yanng kita miliki sepertii pastival gendang bleq ,karnaval nyongkolan,peresean dll, dengan adnya acara-acara sepertini selain melestarikan budaya, secara tidak lansung  kitajuga meningkatan kualitas ekonomi  masyarakat NTB  karna dengan terlihatnya budaya-budya yang kita miliki akan lebih mudah dan cepat untuk membuat daya tarik kunjungan bagi wisatawan ke NTB ini, apalagi saat sekarng ini pemerintah provinsi NTB menargetkan di tahun 2016 ini jumlah kunjungan wisatawan mencapai 3 jutaan wisatawan  bahkan lebih, dengan kunjungan-kunjungan wistawan seperti ini akan mendatangkan kesempatan yang sangat banyak untuk mendorong kesejahteraan ekonomi masyarakat kita, dan  sangat membuka peluag untukmembuka lapangan kerja bagi masyarakat masyarakat NTB  dan dapat mengurangi angka kemiskinan terhadap masyarakat NTB,  dan juga mentri-mentri pariwisata harus lebih baik lagi dalam mengatur pariwisata NTB agar bisa mendtangkan wisatawan yang lebih banyak . karna NTB ini memiliki potensi yang sangat tinggi dalam pariwisata ,mulai dari wisata alam,kuliner,kesenian,dan  khsusnya budaya. Apalagi kita sebagai masyarakat NTB mempunyai budaya cukup kental,karna memiliki multi etnis dan masih terjaga pada akulturasi budaya asli, kita sebagai masyarakat NTB juga  harus memelihara apa yang kita miliki, dan apa yang telah kita miliki itu di kreasikan lebih baik lagi karna tanpa ada sentuhan kreasi,maka tidak akan menarik, sekarang bulan budaya lombok-sumbawa yang dilaksanakan oleh gubernur NTB ini merupakan peluang yang sangat besar untuk mengangkat citra budaya serta mengembangkan dan mempromosikan wisata daerah dengan menampilkan kesenian, karya kreatif dari berbagi suku dan etnis untuk mendukung target kunjungan-kunjungan wisata mancanegara yang berkunjung ke NTB. Selain memperomosikan kesenian dan budaya yang kita miliki, bulan budaya ini juga merupakan pelung yang sangat besar dan strategis untuk meningkatkan kualitas ekonomi NTB, mari kita menjaga dan melestarikan budaya yang kita miliki karana dengan kita jaga budaya yang kita miliki kita juga menjaga ekonomi yang kita miliki, dengan di adkan nya bulan budaya oleh guberur NTB yang di slengarakan di lombok-sumbawa, maka sangt kita sebgai masrakat NTB khususnya lombok dan sumbawa harus saling bahu membahu. Karna sektor pariwisata ini akan mempengaruhi sektor perekonomian NTB. Kita semua sebagai masyarkat NTB harus turut terlibat dalam melestarikan budaya-budaya yang kita miliki, karna ini merupakan apresiasi kita terhadap budaya yang kita miliki, dan dengan semua yang kitalakukan pada bulan budaya ini dapat mendatangkan banyak wisatawan. Sehingga ekonomi masyarakat lebih meningkat dan berkembang , sehingga angka kemiskinan di NTB berkurang.





























NAMA : Sirojul Huda
Alamat : gelogor, mapong, Lombok tengah, NTB
Ttl : Mapong, 21-12-1996
No. hp : 085337325083
Mahasiswa IAIN Mataram semester IV program S1 Fakultas Syari’ah jurusan muamalah.





MERAYAKAN KEMERDEKAAN MELALUI PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN GENERASI BARU INDONESIA (GenBI)
Oleh: Sirojul Huda
“MERDEKA!” Dengan penuh rasa syukur, takzim dan penghargaan yang tak ternilai kita haturkan kepada tuhan, serta para pahlawan yang telah membeaskan Negara tanah Air Indonesia ini lepas dari tangan para penjajah.
Kemerdekaan merupakan suatu yang penuh arti bagi bangsa Indonesia. Kemerdekaan ini tidak didapatkan dengan mudah melainkan pengorbanan jiwa dan raga serta dengan dukungan dari dalam diri pejuang itu sendiri, mampu membakar api semangat dan meraih bukti nyata dari harapan-harapan masyarakat Indonesia. Sebagi generasi baru Indonesia (GenBI), semangat membara  mampu terhirup pada saat ikut serta memeriahkan hari sakral itu- 17 Agustus 2016 (Dirgahayu ke-71 Indonesia) yang di selenggarakan oleh Bank Indonesia, karna kami sebagai generasi baru Indonesia (GenBI) sangat di percayakan oleh bank Indonesia (BI) kelak (GenBI) akan menjadi penopang bangsa karna dengan membakar semangat jiwa muda genbi juga mempunyai jiwa nasionalisme yang berkibar, tinggi dan siap untuk menjdi generasi penerus bangsa, GenBI NTB termasuk bibit muda yang unggul, yang terpilih, yang memiliki latar belakang berbeda-beda dalam bidang keahlian yang berbeda-beda pula. Genbi juga memiliki kemampuan yang luas dan komperhensif untuk menjawab berbagai tantangan kehidupan dunia di masa depan, karna generasi baru indonesia telah diberikan  pendidikan dan pembelajaran secara khusus oleh bank Indonesia yang tidak pernah kita jumpai di bangku sekolah maupun bangku perkuliahan, di bank Indonesia, di tempa dengan ilmu-ilmu sosial dan budaya, agar genbi berbeda dengan mahasiswa yang lain. Selain ilmu-ilmu yang berkaitan dengan kependidikan genbi juga di ajarkan bagaimana menjadi pemuda pemudi yang mempunyai mental baja dan pengabdian yang kua terhadap masyaraka tsehingga para mahasiswa dapat menjadi pemimpin yang menjulang keatas dan mampu mengakar kebawah hingga terbangunnya mental pembelajaran yang bertitik pada peroses perbaikan diri yang berkelanjutan,  karna tidak hanya  mengharapkan perubahan dari diri kita sendiri sebagai  generasi baru indonesi, akan tetapi bagaimana menjadi generasi yang berkualitas dan terpercaya. Kini, generasi muda Indonesia sebagai penerus perjuangan para pahlawan mesti membangun Indonesia mulai dari hal yang kecil hingga yang menggelegar di seluruh jagat raya Indonesia. Mulai dari  segi kreatifitas dan ilmu umum, membuat hal-hal sedemikian rupa menjafdi sayap untuk membawa Indonesia terbang menjulang tinggi.
Banyak diantara kita massih belum mampu menafsirkan makna sebuah kemerdekaan, kemerdekaan bukan dirayakan melalui corat-coret tembok, berkendara beramai-ramai tidak beraturan lalu kemudian meneriakkan “merdeka!”, pun juga bukan dengan bersantai-santai. Namun memaknai kemerdekaan tersebut adalah bagaimana kita membangun semangat juang dalam diri manusia terutama generasi muda indonesia.
Kita mengetahui bagaimana susahnya untuk melanjutkan pendidikan, dengan semangat yang tinggi orang tua dengan cucuran keringat ingin melihat anaknya menjadi orang yang berguna, tapi tidak semua mendapatkan keberuntungan untuk menjadi orang yang berguna. Beruntunglah untuk mereka yang terus memacu semangatnya untuk berjuang hingga akhir nafasnya. Begitulah kira – kira akhir dari perjalanan panjang seorang generasi muda Indonesia yang berkualitas. Lebih jauh lagi, mereka jelas tidaklah puas hanya dengan menenteng ilmu hanya sebatas yang dia terima dari seorang guru sekolah atau dosen di kampus, tapi dia lebih banyak lagi dengan mencari dari yang lain baik itu dari buku,lingkungan dan pengalaman.
Realita yang sebenarnya ada saat mereka kelak berjalan lebih jauh, mata akan terperanga dengan keadaan yang ada di luar idealisme mereka. Siap ataupun masih bersiap, Ggenerasi baru indonesia telah ditakdirkan untuk berjibaku dengan masalah dan tantangan hidup yang diwariskan oleh generasi sebelumnya. Tantangan yang ada bukanlah pilihan, namun ini menjadi fardu bagi mereka yang mengerti akan arti sebuah perjuangan untuk terus memberikan yang terbaik bagi bangsa ini. Inilah yang menjadi faktor penting, lingkungan sebagai bentuk stimulus yang memberikan rangsangan kepada emosi generasi baru Indonesia  untuk merespon isu – isu sosial yang berkembang dalam lingkungan sekitarnya.
Lingkungan pendidikan identifikas sebagai dua tempat yang khas. Utamanya kepribadian dan personalitasnya dapat dirilis dalam rancangan personal dan selanjutnya kehidupan alamiah yang berkembang di sekitar tempat tinggalnya. Kedua lingkungan ini merupakan suatu platform media yang dapat menentukan peran generasi baru Indonesia. Lingkungan kampus contohnya dapat memberikan pendidikan emosional dan spiritual bagi diri generasi baru Indonesia. Lingkungan masyarakat sekitar tempat tinggal dapat membantu generasi baru Indonesia membentuk kesadaran bermasyarakat dengan merekonstruksi kondisi – kondisi dimana peran sosial potensial dalam diri individu dapat tersalurkan. Semakin tingginya tingkat apatisme dalam diri generasi muda maka tidak lain dan tidak bukan kehancuran akan semakin dekat. Apakah cukup tenaga orang tua saat ini untuk membalikkan keadaan yang terus bergelombang saat ini ?. Musim kemarau dan penghujan dalam demokrasi kehidupan bangsa mengajarkan kita bahwa sangat sulit untuk tersenyum dalam keadaan yang serba sulit saat ini. Di tengah kegaluan yang kian memuncak dan apatisme yang melonjak tajam. Peran Pendidikan sangatlah diharapkan. Pendidikan harus menjalankan menjalankan tugas-tugasnya, untuk mewujudkan generasi pemimpin masa mendatang yang cerdas dan bermoral. Banyak yang cerdas tapi sedikit sekali yang bermoral dan benyak juga yang bermoral tapi sedikit sekali yang cerdas..
Pendidikan dalam membentuk manusia yang berkualitas tidaklah lebih baik dari kesadaran pemuda itu sendiri akan peran penting mereka untuk longterm. Begitu banyak peran yang akan dimainkan oleh generasi baru Indonesia kedepannya jika mereka mau terus haus akan ilmu. Kesuksesan di akhir hanyalah milik mereka yang pandai dalam memanajemen peran tersebut. Dan sangatlah fatal akibatnya bagi mereka yang hanya menonton dan bertanya namun tanpa usaha yang jelas untuk diri mereka.
Jadi, mari merdeka dalam diri pemuda pemudi generasi baru Indonesia, berjuang terus membangun Negara tanah air Indonesia.



NAMA : Sirojul Huda
Alamat : gelogor, mapong, Lombok tengah, NTB
Ttl : Mapong, 21-12-1996
No. hp : 085337325083
Mahasiswa IAIN Mataram semester V program S1 Fakultas Syari’ah jurusan muamalah.


Merangkul NTB dengan Energi Jiwa Muda GEnerasi Baru Indonesia (GenBI)


Oleh : Sirojul Huda
GENBI merupakan sebuah singkatan dari Generasi Baru Indonesia secara terminologi melekat erat pada pembangunan bangsa ini, yang memiliki semangat membara jika dipercikkan api motivasi dan masa dimana seorang pemuda berada dalam tahap persiapan menuju kehidupan yang lebih jauh lagi, terutama kehidupan masyarakat NTB.
Generasi Baru Indonesia sebuah estetika gairah yang bergelora dan tidak semua dapat meraihnya. Sebuah sebutan yang tentunya harus ditebus dengan perjuangan, baik itu dengan pengorbanan materi dan nonmateri.
Seorang orator ulung pernah mengatakan “ beri aku sepuluh pemuda, maka akan kugoncangkan dunia “. Dari ungkapan tersebut kita dapat melihat betapa pentingnya generasi muda yang berkualitas di dalam suatu bangsa dan negara. Di dalam sejarah bangsa Indonesia tidak dapat kita pungkiri bahwa pemuda memiliki peranan yang luar biasa  sebagai ujung tombak perubahan bangsa Indonesia. Hal tersebut bukan hanya merupakan omong kosong yang tidak memiliki dasar, melainkan merupakan sebuah kenyataan yang telah memiliki bukti, contohnya deklarasi sumpah pemuda yang merupakan tonggak kebangkitan lahirnya kesadaran akan pentingnya kehidupan berbangsa dan bernegara. Selain itu, berbagai hal yang menyangkut perubahan dan pembangunan bangsa, tak lepas dari campur tangan para generasi muda.

Ungkapan tersebut mengilustrasikan kepada kita bahwa pemuda merupakan agent of change, pelanjut sejarah, penerus cerita dan penyambung tongkat estafet perjuangan dan cita-cita orang tua. Sebagai bukti, bukankah sejarah menceritakan, disaat negara ini terhimpit dan terjepit dibawah kekejaman dan kebiadaban dibawah para penjajah, muncullah para pemuda dibawah bendera Jong Java, Jong Sumatra, Jong Ambon dan Jong Islamiten Bond. Yang di kemudian hari terbukti berhasil mengusir para penjajah dari negri tercinta.
Berbicara masalah GenBI, tidak lepas dari masalah mencintai Indonesia, bagaimana peran serta dalam mengembangkan kreativitas dan nilai sosial dalam masyarakat khususnya masyarakat NTB.
Selembar senyuman dengan nilai memuaskan merupakan suatu euforia kebanggan yang dihadiahkan kepada kedua orang tua tercinta. Melalui sekelumit proses panjang di bangku sekolah ataupun perguruan tinggi.
Di samping itu mereka terus mengembangkan ilmu pengetahuan dengan penelitian dan mengasah logika dengan berbagai perlombaan akademik lainnya.
Peran selanjutnya adalah peran moral. Moral merupakan peran mendasar yang jika dilakukan dengan baik maka peran – peran lainnya akan menjadi baik pula. Pola tingkah laku dapat menentukan keberhasilan seseorang. Dari sinilah GenBI bergerak bersinergi melalui pendidikan moral dan etika bagi kehidupan masyarakat NTB.
Sebagai insan terdidik mereka selalu menjaga nama baik diri mereka. Moral kemanusiaan sangatlah penting dalam diri GenBI.itulah yang dikembangkan dan menjadi contoh baik bagi masyarakat NTB.
Ada pula yang berjuang keras dalam menegakkan keadilan dan kebenaran. Tetapi terkadang sikap anarkis dapat mencoreng harumnya perilaku GenBI yang baik tersebut.
Hal ini dapat dilihat bagaimana peran aktif GenBI mulai dari ikut serta dalam kegiatan-yang diselenggarakan oleh bank Indonesia (BI). Seperti mulai dari kegiatan bagi-bagi takjil pada bulan mulia, ikut serta memeriahkan kegiatan yang diadakan di NTB tingkat nasional seperti MTQ Nasional ke-XXVI di Mataram.
Kedepannya GenBI harus membantengi dengan ILMU, ILMU dan ILMU. GenBI sekarang dihadapkan pada kenyataan tentang potret buruk bangsa ini dan masalah internal yang menerpa mereka yaitu apatisme.
Apapun yang terjadi selanjutnya, GenBI tetaplah dengan idealismenya. Masalah terbesar dalam diri GenBI adalah apatisme yang dapat melunturkan peran GenBI dalam membela panji keadilan dan pemberantasan korupsi. Harapan bangsa ini tidak lain hanyalah terwujudnya pemerintah yang bersih dari Korupsi,Kolusi dan Nepotisme.
Masyarakatpun menggantungkan harapannya kepada seluruh GenBI untuk dapat menganyam kembali tali moral bangsa ini yang telah rusak.
Sesungguhnya GenBI diciptakan untuk membangun kembali bangsa ini yang telah jauh terjatuh, khususnya di NTB, perlahan namun pasti jelas akan tiba masa GenBI membawa keadilan yang merata untuk masyarakat, khususnya bagi segenap pemuda maupun pemudi di NTB.
Peran dijalankan dengan penuh tanggung jawab untuk mewujudkan NTB yang dicita – citakan oleh kita semua. Indonesia dan Rakyat Sejahtera.















NAMA : Sirojul Huda
Alamat : gelogor, mapong, Lombok tengah, NTB
Ttl : Mapong, 21-12-1996
No. hp : 085337325083

Mahasiswa IAIN Mataram semester IV program S1 Fakultas Syari’ah jurusan muamalah.